Rabu, 26 September 2012

Peraih nobel fisika

Didalam ujian Fisika di Universitas
 Copenhagen
 seorang dosen penguji mengajukan pertanyaan
 kepada salah seorang mahasiswanya :

 "Jelaskan bagaimana mengukur tinggi suatu
 bangunan pencakar langit dengan menggunakan
 sebuah barometer."

 Mahasiswa tersebut menjawab: "Ikatlah leher
 barometer itu dengan seutas tali panjang, lalu
 turunkan barometer dari pucuk gedung pencakar
 langit sampai menyentuh tanah. Panjang tali
 ditambah panjang barometer akan sama dengan
 tinggi pencakar langit."

 Jawaban yang luar biasa "orisinil" ini membuat
 dosen penguji begitu geram. Akibatnya si
 mahasiswa langsung tidak diluluskan.

 Si mahasiswa naik banding, karena menurutnya
 kebenaran atas jawaban itu tidak bisa disangkal.
 Kemudian universitas menunjuk seorang arbiter
 yang independen untuk memutuskan kasus itu.
 Arbiter menyatakan bahwa jawaban itu memang
 benar dan tidak bisa disangkal, hanya saja tidak
 memperlihatkan secuil pun pengetahuan mengenai
 ilmu fisika.

 Untuk mengatasi permasalahan itu, disepakati
 untuk memanggil si mahasiswa, dan memberinya
 waktu enam menit untuk memberikan jawaban
 verbal yang menunjukkan latar belakang
 pengetahuannya mengenai prinsip-prinsip dasar
 ilmu fisika. Selama lima menit, si mahasiswa
 duduk tepekur, dahinya berkerut. Arbiter
 mengingatkan bahwa waktu sudah hampir habis.

 Mahasiswa itu menjawab bahwa ia sudah memiliki
 berbagai jawaban yang sangat relevan, tetapi tidak
 bisa memutuskan yang mana yang akan dipakai.
 Saat diingatkan arbiter untuk bersegera
 memberikan jawaban, si mahasiswa menjelaskan
 sebagai berikut:

 "Pertama-tama, ambillah barometer dan bawalah
 sampai ke atap pencakar langit. Lemparkan ke
 tanah, lalu ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk
 mencapai tanah. Ketinggian bangunan bisa
 dihitung dari rumus H = 0.5x g x t kwadrat. Tetapi
 khan sayang barometernya jadi pecah."

 "Atau, bila matahari sedang bersinar, anda bisa
 mengukur tinggi barometer, tegakkan di atas
 tanah, dan ukurlah panjang bayangannya. Setelah
 itu, ukurlah panjang bayangan pencakar langit,
 sehingga hanya perlu perhitungan aritmatika
 proporsional secara sederhana untuk menetapkan
 ketinggian pencakar langitnya."

 "Tapi kalau anda betul-betul ingin jawaban ilmiah,
 anda bisa mengikat seutas tali pendek pada
 barometer dan menggoyangkannya seperti
 pendulum. Mula-mula lakukan itu di permukaan
 tanah lalu di atas pencakar langit. Ketinggian
 pencakar langit bisa dihitung atas dasar perbedaan
 kekuatan gravitasi T = 2 phi akar dari (l/g)."

 "Atau kalau pencakar langitnya memiliki tangga
 darurat di bagian luar, akan mudah sekali untuk
 menaiki tangga, lalu menggunakan panjangnya
 barometer sebagai satuan ukuran pada dinding
 bangunan, sehingga tinggi pencakar langit =
 penjumlahan seluruh satuan barometernya pada
 dinding pencakar langit."

 "Bila anda hanya ingin membosankan dan
 bersikap ortodoks, tentunya anda akan
 menggunakan barometer untuk mengukur tekanan
 udara pada atap pencakar langit dan di permukaan
 tanah, lalu mengkonversikan perbedaannya dari
 milibar ke satuan panjang untuk memperoleh
 ketinggian bangunan."

 "Tetapi karena kita senantiasa ditekankan agar
 menggunakan kebebasan berpikir dan menerapkan
 metoda-metoda ilmiah, tentunya cara paling tepat
 adalah mengetuk pintu pengelola gedung dan
 mengatakan: 'Bila anda menginginkan barometer
 baru yang cantik ini, saya akan memberikannya
 pada anda jika anda memberitahukan kepada saya
 berapa ketinggian pencakar langit ini."

 Melihat jawaban yang diberikan kepada arbiter,
 semua orang sadar bahwa mahasiswa ini tidak
 bodoh, tetapi pertanyaan penguji telah
 menggiringnya kearah jawaban yang tidak
 dikehendaki penguji.

 Mahasiswa itu adalah Niels Bohr, warga Denmark
 genius yang kelak akan memenangkan hadiah
 Nobel untuk bidang Fisika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar